Cari Blog Ini

Selasa, 10 Maret 2009

Fenomena Demokrasi Salah Arti

Sistem Demokrasi salah arti. Itulah pandangan saya, menyikapi fenomena caleg yang ada di Indonesia saat ini. Dimanapun kita berada saat ini, saya yakin anda juga melihat hal yang sama, yaitu poster dan baliho caleg ada dimana-mana. Mereka beramai-ramai "menjual mimpi". Dan tak jarang dari mereka melakukan "pembohongan publik". Mereka menuliskan visi dan misi, yang mereka sendiri tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Terlalu banyak, dan membingungkan. Karena kuantitas lebih tinggi, mengakibatkan kualitas tertutupi. Banyak partai dan pastinya banyak caleg.

MARI KITA LIHAT FENOMENA INI.

Menjadi seorang wakil rakyat, jika diartikan sesuai dengan definisi berpolitik harfiah adalah orang yang akan menjadi "corong" utama dari seluruh keinginan masyarakat, dan ini bukan pekerjaan yang mudah. Sekali lagi, bukan pekerjaan yang mudah. Menurut saya, "tidak semua orang mampu melakukannya" Dalam sebuah buku politik yang dikarang oleh KJ.Holsty, jelas dikatakan, seorang legislator, adalah orang-orang terpilih, yang mengerti dan memahami berbagai esensi politik, baik itu politik praktis ataupun politik verbal. Dari merekalah, akan dibuat banyak keputusan yang menyangkut "harkat hidup orang banyak". So, sekali lagi, jadi seorang legislator bukan pekerjaan yang mudah!!..

Lalu mari kita lihat fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini. Banyak orang yang berbondong-bondong menjadi seorang caleg. Mulai dari kalangan intelek sampai dengan kalangan masyarakat "biasa".

Sebelumnya saya minta maaf, ini adalah pandangan saya, sebagai seorang broadcaster, wartawati, dan mahasiswi politik.

1. CALEG yang diambil dari kalangan masyarakat "biasa".
Mungkin alasan yang paling mendasar adalah, "karena mereka adalah orang biasa, karena mereka adalah rakyat, maka mereka akan lebih mengerti penderitaan rakyat". Sehingga, ada pengamen yang menjadi seorang caleg, tukang sate, tukang roti bakar. Bila secara global, teori ini bisa dikatakan benar, sebab dan akibatnya saling berkaitan, tapi jika kita alihkan ke definisi politik, hal ini MEMBINGUNGKAN. Sekali lagi, menjadi seorang legislator bukan hanya harus mengerti tentang penderitaan rakyat, tapi juga harus mengerti tentang bagaimana cara mencari solusi terhadap permasalahan yang dirasakan oleh rakyat. Mempertahankan pendapat dalam "penjara dewan" bukan hanya perkara pernah mengalaminya atau tidak. Mengertikah mereka tentang etika politik, mengertikah mereka tentang koalisi politik, mengertikah mereka dengan gap dan esensi neraka politik? Fenomena ini harus dipertimbangkan, jangan sampai kita "memilih timun bungkuk" Duduk, diam, dengarkan dan tanda tangan.

2. Pahlawan dadakan dan kesiangan.
Ini yang paling banyak kita jumpai. Tiba-tiba saja ada fogging gratis, tiba-tiba ada salah satu caleg "door to door" memberikan bantuan, sembako, sarung, obat-obatan. Berdialog dengan rakyat. Nginap di perkampungan. Kaget? Pastinya!! Kemaren-kemaren kemana pak?? Mencari suaka politik? Yeah... Mungkin bagi masyarakat yang berada di "pinggiran" akan tergugah hatinya, tapi berbeda dengan masyarakat yang berada di perkotaan, yang lebih heterogen. Mereka pintar, dan tidak bisa dibohongi. Dan caleg seperti ini, sangat rentan dengan penyakit "stress dan kejiwaan", karena ketika mereka telah mengeluarkan banyak dana untu mencapai tujuan, tentunya mereka menginginkan keuntungan yang berlipat. Lalu, bagaimana jika tujuannya tidak tercapai?? Anda bisa menjawabnya sendiri.

3. Caleg ASBUN
Saya pernah bertatap muka langsung dengan caleg yang memiliki type sepeti ini. Saya pernah mendapatkan tugas, mewawancarai seorang caleg. Amppuuun.... "Oknum" caleg ini sendiri tidak mengerti apa yang menjadi visi nya. Tidak mengerti apa yang akan dia lakukan nanti setelah terpilih. Dan sekali lagi "Inikah orang yang akan menjadi wakil kita?"

Huh...

No Body's Perfect, yeah itu benar, tapi boleh dunk kita mencari yang hampir sempurna

Menurut saya, memang tidak semua caleg seperti yang disebutkan diatas. Saya juga pernah bertemu dengan caleg yang memang "eksis" di masyarakat. Dikenal oleh masyarakat. Bukan "ibu peri" dadakan. Yang telah mendengarkan rintihan rakyat dari dulu, jauh sebelum pahlawan gentayangan itu datang.

Ada juga caleg yang memang hebat, pintar, mengerti dan selalu mendukung yang kecil. Memberikan kekuatan bagi yang lemah. Percayalah, mereka ada, namun dalam jumlah yang sedikit.

Pandai-pandailah anda untuk menilai wakil rakyat anda, sebelum menjatuhkan pilihan. JAngan sampai anda salah pilih.. Karena menentukan pilihan ini, menurut saya sepeti mencari "JARUM DALAM TUMPUKAN JERAMI"


Minggu, 01 Maret 2009

I'am single and very happy... Is it the truth things???

Aku baik-baik saja / jalani hidup yang aku punya //
Hidupku sangat sempurna // I'am Single and very happy ///...

Sepertinya lagu ini menjadi sebuah penguat bagi para wanita single. Kita bisa denger kata-katanya yang simple, tapi "Paaasss" banget. So, wanita single, ini sebuah pertanyaan yang wajib dijawab dengan jujur..
"Tanpa cinta, benarkah kita [wanita single] bahagia?"

Logikanya, GAK.

Mungkin ada yang ingat dengan cerita Adam & Hawa. Tujuan Hawa diciptakan adalah untuk menemani Adam. Hawa lah yang bertugas menyirami hati dan cinta Adam dengan air ketulusan.

Jadi bila kita diizinkan untuk berandai-andai dan membuat sebuah hipotesa, wanita diciptakan penuh dengan cinta dan kasih sayang. Mereka akan melengkapi dan dilengkapi oleh kasih sayang. Nah, bila kita hidup tanpa "cinta", itu sebuah hal yang mustahil bukan. Tapi sebelum dilanjutkan, definisi cinta disini, adalah cinta dengan pasangan, bukan cinta terhadap keluarga, karena ini tentunya akan menimbulkan perbedaan makna.

Nah, mencoba untuk menyelami makna lagu Opie, i'am single and very happy...

Terus terang, saya termasuk kedalam mereka yang tidak begitu yakin ini benar sepenuhnya. Bagi saya, sehebat apapun seorang wanita, sekuat apapun dia berdiri, sesempurna apapun hidupnya, dia tetap memerlukan "cinta" walaupun dari pria yang "biasa". Mengapa demikian? Karena hal ini sudah menjadi sebuah ketetapan, yang tak kan pernah terbantahkan..

Akan tetapi para wanita.... Jangan langsung beranggapan, karena kita butuh pria, tanpa filterisasi, kita tidak memilih, yang penting PUNYA SUAMI....

S
ebagai single, kita memang harus happy... Happy disini adalah menikmati hidup, dan menjadi yang terbaik dalam setiap detik hidup kita, dan tanpa meninggalkan kodrat kita...

Wanita... Kita punya hak untuk memilih... Memilih yang terbaik... Memilih mereka yang akan menjadi imam dalam kehidupan kita selamanya...

Tapi sebelum memilih, kita harus menjadi wanita yang "baik" terlebih dahulu, karena saya pernah baca, janji Allah bagi para wanita ...

"Kamu akan mendapatkan jodoh, sesuai dengan dirimu.. Jika kamu baik, maka baiklah jodohmu, tapi jika kamu buruk, maka yang demikian itulah sesuai dengan kamu"

So
ladies....

Pilihan ada di tangan kita...

Be a single... It's not a bad thing...
Be a single... Make it easy and happy...

Tapi selama jadi SINGLE... Jangan pernah menutup diri, dan terkungkung dalam paradigma "single and very happy"...

Bukankah kita juga tetap harus mencari "mereka" yang akan menjadi imam dalam hidup kita...

Cayoo ladiesss...


Nb: Yang nulis juga dalam proses menjadi baik... Doain yaaaaaa